Menyambut Harlah Muslimat Nu ke-73, putri
Presiden Ke-4 RI, Yenny Wahid dalam sebuah wawancara dengan Metro TV pada acara
Primetime News (27/01/2019) menyatakan bahwa ancaman hoax memang menjadi
ancaman di era modern, bukan hanya di Indonesia namun juga global sehingga
harus ada strategi khusus untuk menanggulangi hal ini.
Deklarasi Muslimat NU menolak hoax,
fitnah, dan ghibah didasari latar belakang dimana kalau kita melihat di banyak
negara terjadi konflik karena munculnya hoax. Ada berita-berita yang tidak
dapat diverifikasi kebenarannya namun dijadikan fakta oleh masyarakat. Ini
harus diperangi bersama-sama karena jika tidak dapat menjadi perpecahan. Kita
harus menimbulkan kesadaran di tengah masyarakat untuk mampu berfikir kritis, jadi
tidak menelan mentah-mentah informasi yang diterima. Dengan berkembangnya
teknologi ke depan, video bisa
direkayasa, bahkan foto bisa diubah secara digital. Makin sulit membedakan mana
yang fakta dan mana yang tidak jika tidak difilter terlebih dahulu. Muslimat NU
sendiri memiliki jaringan majelis taklim lebih dari 59.000 (lima puluh sembilan
ribu) di seluruh Indonesia. Mereka inilah yang akan memberikan pencerahan
kepada masyarakat untuk menyaring informasi terlebih dahulu.
Selanjutnya Yenny mengajak masyarakat
untuk lebih jernih melihat persoalan. Jangan sampai pilihan-pilihan yang ada
menjadikan kerenggangan hubungan. Kita sama-sama melihat suasana di masyarakat itu
sangat tegang, panas, saling memaki, saling mengejek dan saling membully di
social media. Ini yang harus diminimalisir. Boleh menjadi paslon manapun namun
lakukan dengan santun dan sikap positif. Tujuan kita adalah mendidik masyarakat
dengan fakta mendidik dan bukan memprovokasi mereka dengan isu-isu emosional
yang mengganggu persatuan.
Menurut Yenny, Aswaja atau manhaj
Ahlusunnah Wal Jamaah menjadi solusi bangsa kita maupun global dunia karena ada
kelompok-kelompok radikal yang mengatasnamakan ajaran agama tertentu yang
menimbulkan perpecahan, gampang menyalahkan orang lain dan gampang menyatakan
orang lain kafir. Sementara nilai-nilai yang dianut Aswaja adalah tasamuh, moderat,
toleran. Inilah yang diperlukan saat ini.
Menjelang pilpres 2019, NU sebagai sebuah
organisasi harus netral karena khittah-nya seperti itu namun demikian, warganya
bebas berpolitik. Dan sepanjang pengamatan Yenny, sebagian besar warga NU
cenderung mendukung paslon 1 Jokowi – Ma’ruf Amin. Alasannya karena Jokowi
dekat dengan ulama dan kyai, bahkan sampai membuat hari santri, dan ini dekat
dengan kultur NU. Di sana juga ada Ma’ruf Amin yang merupakan kyai NU.